MAESTRO JEMBER


PROFIL SENI-BUDAYA
M.FADLI RASYID
Penulis & Perupa Jember


------------------------------------------------------------------------------
Banyak orang tidak tahu, monumen gerbong maut di pusat kota Bondowoso, Patung Jenderal Ahmad Yani dan Jenderal S.Parman di Jakarta, dibuat oleh seorang seniman asal Jember. Dialah Fadly Rasyid (70 tahun), seniman asal Desa Mumbulsari Kabupaten Jember Jawa Timur.

Selain mahir membikin patung, Fadly juga dikenal sebagai pelukis dan penulis produktif sejak tahun 1960 an hingga tahun 1980 an. Bahkan saat ini, kakek 3 cucu itu tengah mempersiapkan sebuah novel tentang 'petrus' pembunuhan misterius jaman orde baru di wilayah Jember. "Judulnya 'Salvo'. Temanya tentang peristiwa petrus yang ternyata banyak sekali terjadi di Jember di tahun 1970-1980 an,"katanya.

Tahun 1958, setelah lulus dari Sekolah Guru, Fadli sempat mengajar di sebuah Sekolah Rakyat (SR) di Kecamatan Pakisan Kabupaten Bondowoso. Tahun 1962, hasratnya untuk terjun dibidang seni-budaya tak tertahankan lagi. Dia nekat pindah ke Yogyakarta, dan bergabung dengan kelompok seniman dalam Komunitas Sanggar Bambu. "Selama 4 tahun itu, setelah mengajar, saya keluyuran ke hutan di Situbondo, Banyuwangi,Bondowoso dan Jember. Dari sana saya membuat banyak lukisan sketsa dan bahan menulis cerpen dan novel, dan tulisan kritik seni rupa,"katanya.

Di tahun 1970-an, Fadly sudah mulai ikut pameran seni rupa, berkeliling nusantara bersama anggota komunitas Sanggar Bambu. Tahun 1972 hingga 1976 memelopori pembangunan monumen Gebrong Maut di Bondowoso dan pembangunan patung Jenderal Ahmad Yani dan Jenderal S Parman di Jakarta. 'Selain itu, saya juga banyak terlibat dalam penggarapan poster-poster teater nya WS Rendra dan para seniman Yogya,"kenangnya.

Dalam periode itu pula, Fadly produktif menulis puisi, cerpen dan cerita humor. Dia sempat mendirikan majalah humor 'ASTAGA' bersama Arswendo Atmowiloto. Dia juga merintis dan menjadi pengasuh majalah '69' sebuah majalah tentang seni buadaya bersama almarhum Motinggo Busye, dan Toha Mochtar. Fadly juga menjadi salah satu pendiri majalah anak-anak 'KAWANKU' bersama Asmara Nababan, Trem Sutedja dan Toha Mochtar. Tahun 1978, Fadly menjadi pememang pertama Lomba penulisan Naskah Humor yang diselengarakan Lembaga Humor Indonesia dan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ).

Karya-karya tulisnya kebanyakan ditujukan untuk 'segmen' anak-anak. Fadly mengakui, selain hal itu untuk tetap menyalurkan 'misi pendidikan' (sebagai guru yang berhenti mengajar), dia juga menganggap anak-anak harus terus dimotivasi dengan karya-karya tulis seperti puisi, cerpen dan novel.

Puisi dan cerita yang ditulis Fadly selalu mengusung tema lingkungan dan nasionalisme. Semuanya menggunakan tokoh anak-anak. Selain tersebar di berbagai media seperti Horizon, Kompas, Zaman, Kawanku, beberapa naskah sudah diterbitkan menjadi buku. Buku kumpulan puisi karya Fadly yang sudah diterbitkan antara lain, Musim dan Peristiwa Alam, Surat Pada Pahlawan, dan Dibawah Matahari. Sedangkan cerita/novel anak karyanya yang sudah diterbitkan seperti Arman Anak Revolusi, Merah Putih Berkibar Kembali, Tamu yang Cerdik (cerita Jenaka/Humor). Ada juga cerita bertema pelestarian lingkungan dan benda sejarah seperti Lepas Ke samudera Luas, Melacak jejak Harimau Jawa, Gerhana Diatas Baluran dan Merebut Dewi Rengganis.

Karena itu, karya tulisnya untuk 'orang dewasa' hanya dua, pertama novel berjudul WABAH, (terbit tahun 1980), dan yang sekarang sedang digarap berjudul 'SALVO'. Novel WABAH berkisah tentang keterpurukan Bangsa Indonesia akibat penjajahan Jepang, dengan setting cerita di Jember. Sedangkan novel SALVO --yang kini sedang dipersiapkan--mengambil tema tentang tragedi Petrus (penembakan misterius) zaman Orde Baru, juga menggunakan data dan persitiwa yang pernah terjadi di Jember.

Saat itu, kata Fadly, pada beberapa bukunya dia menggunakan nama samaran. Buku 'Merebut Dewi Rengganis' terpaksa dicantumkan nama anaknya Bayu Anggun Nilakandi, dan buku 'Gerhana Diatas Baluran' menggunakan nama keponakannya, Mega Nusantara. "Karena saat itu ada ketentuan dari instruksi presiden (Inpres), yang mengatur atau mengekang tulisan yang akan diterbitkan dan digunakan untuk bacaan anak-anak di sekolah,"katanya.

Sedangkan karyanya di bidang seni rupa, selain dikenal sebagai ilustrator (majalah dan buku), pelukis poster, dia juga banyak memproduksi lukisan abstrak dan membangun monumen.

Selain patung jenderal Ahmad Yani dan Jenderal S.Parman di Jakarata, monumen 'Gerbong Maut' di alun-alun kota Bondowoso adalah salah satu karyanya. Monumen itu dibuat untuk mengenang peristiwa tewasnya 100 orang parjurit pejuang kemerdekaan yang ditawan Belanda. Tanggal 23 nopember 1947 mereka diangkut dari stasiun Bondowoso dengan gerbong barang yag nyaris tanpa ventilasi udara dan makanan-minuman selama 16 jam menuju penjara bubutan-Surabaya.

Tahun 1975 hingga tahun 1983, Fadly juga aktif mengikuti pameran lukisan dan menggelar pameran tunggal lukisannya di Yogyakarta dan Jakarta. Komposisi lukisannya terbilang unik; lebih banyak mengandalkan
kekuatan garis dan warna, dan dikerjakan dalam waktu relatif singkat. Dia mengaku lebih 'mood' melukis secara spontan. Yang penting baginya, originalitas ide dan imajinasi, kemudian dipadu dengan kekuatan garis dan warna. Ciri utama lukisan-lukisannya adalah adanya satu titik yang sengaja dibubuhkan dalam bidang paling sempit dalam setiap lukisannya. "Saya merasa perlu selalu memberikan titik itu. Satu titik religi, yang menjadi sumber imajinasi saya,"katanya.

Hal itu juga diungkapkannya dalam puisi di buku pengantar pameran tunggalnya di Balai Budaya-Jakarta tahun 1992 lalu yang berjudul 'Simakan';
---------------------------------------------------
Ada apa dibalik warna, dana apa yang bisa diperbuat dengan garis?

Seperti seorang anak yangmerajut jaring-jaringnya
Untuk menangkap kunang-kunang dalam gelap malam,
Begitulah aku bermain dalam sebuah petualangan
dibalik dimensi-dimensi warna
Kujaring kelap-kelip imaji itu
Dengan anyaman garis-garisku
Anak-anak itu terus bermain
dan terus bermain-main dalam permainan spriritual
Mungkin itulah sayatan terdalam
dalam ekspresi hidupku
Semoga Tuhan Berkenan.
-------------------------------------------------------------

Sejak tahun 1983 hingga kini Fadly lebih memilih tinggal di Jember. Selain melukis dan menulis cerita dan puisi, dia juga mengisi hari-harinya dengan bertani. Sejak muda, dia memang tak lupa untuk selalu mengelola 2,5 hektar sawah yang dimilikinya. Sesekali dia mengikuti pameran lukisan di bberapa kota. "Tapi saya tidak datang.Saya kirim lewat paket,"katanya.

Sejak awal tahun ini, dia dan istrinya meninggalkan rumahnya di Desa Mumbulsari yang sudah penuh lukisan. Mereka menempati rumah baru di Dusun Lampeji desa Mumbulsari--yang terletak sekitar 2kilometer dari rumah asalnya. "Rumah itu untuk melukis dan menyimpan lukisan. Disini saya konsentrasi ngurus cucu dan menulis,"katanya. Fadly yang sudah 1 tahun mengalami gangguan pendengaran itu mengakui, dia tak ingin anak cucunya terlalu banyak 'dididik oleh televisi'.










Tema Perlindungan Satwa Dalam Novel Anak-Anak
--------------------
Perlindungan satwa merupakan tema lingkungan yang menjadi ide cerita-cerita atau novel anak yang ditulis Fadli. Taman Nasional Baluran dan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB)menjadi ide cerita sekaligus setting cerita anak-anak yang ditulisnya. "Saya pikir, kita harus dan hanya bisa berharap kepada anak-anak, sebagai generasi penerus untul melestarikan lingkungan. Saya memotivasi mereka lewat cerita,"kata Fadly.

Novel berjudul 'Melacak Jejak Harimau Jawa' yang diterbitkan tahun 1981 dan 1982, mengambil tema penelusuran keberadaan harimau jawa, hewan langka yang hingga kini diyakini hanya terdapat di kawasan hutan Meru Betiri-Jember. Novel yang diterbitkan oleh Remadja Karya Offset-Bandung itu, kata Fadli berawal dari polemik keberadaan satwa langka itu di kawasan TNMB yang terletak sekitar 10 kilometer dari rumahnya di Dusun Lampeji Desa Mumbulsari Jember. "Saat itu banyak warga yang bertemu harimau jawa, tetapi tidak sedikit yang berniat memburunya,"kata Fadly.

Tiga orang anak yang menjadi tokoh cerita itu adalah, Burhan, adalah siswa sekolah dasar di Jakarta, yang datang dan bersahabat dengan siswa sekolah di Jember, Parman, dan Widodo, anak desa Curahnongko.

Novel berjudul 'Lepas Ke samudera Luas', terbit tahun 2000. Bercerita tentang pentingnya pelestarian penyu. Ide cerita itu, kata Fadly, bermula dari perjalanannya ke kawasan konservasi pantai Sukamade, wilayah TNMB di daerah Banyuwangi Selatan. Bakir, tokoh dalam cerita itu, adalah siswa sekolah dasar yang menjadi pelopor pelestarian penyu dan telur penyu di kawasan pantai di desa Pasirlaut--desa rekaan Fadly dalam cerita itu.

Pantai Sukamade di Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi berada di dalam kawasan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB).TNMB memiliki luas wilayah 37.626 hektare dalam wilayah Kabupaten Jember dan 20.374 hektare dalam wilayah Kabupaten Banyuwangi. Pantai itu memang satu-satunya pantai di Jawa Timur yang menjadi tempat bertelurnya empat (4) dari tujuh (7) jenis penyu yang ada di dunia. Sepanjang tahun, empat (4) jenis penyu mendarat dan bertelur di pantai itu adalah Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Slengkrah (Lepdochelys olivaceae), Penyu Sisik (Eretmochlys imbricata), dan Penyu Belimbing (Dermochleys coriaceae). Pantai Sukamade disukai penyu karena selain pasirnya yang lembut dan putih, di kawasan itu makanan penyu seperti ganggang laut berlimpah.

Sedangkan cerita berjudul 'Gerhana Diatas Baluran' (diterbitkan tahun 1983 oleh CV Sehati-Jakarta), mengambil tema tentang lima (5) orang anak yangberhasil mengagalkan pencurian dan perburuan merak dan banteng secara liar di kawasan hutan Taman Nasional Baluran-Situbondo. Aspar, Jayus, Ripin, Husin dan Nardi adalah lima sekawan yang membolos dari sekolahnya, namun berhasil mengagalkan komplotan pemburu satwa di kawasan hutan konservasi Baluran.

--------------------------

Nama : Fadly Rasyid.
Nama istri: Sri Utami
Nama Anak :
1. Bahana Purwa Kendita
2. BAyu Anggun Nilatandi

Pendidikan
1.Sekolah Rakyat (SR)-Jember
2.Sekolah Guru tingkat B-Jember
3.Sanggar Bambu-Yogyakarta

apakah itu seni

SENI DAN APAKAH ITU SENI? Berbicara tentang pengertian seni, mungkin kita akan merasa sedikit bingung, karena terlalu banyak ahli yang mengartikan persoalan seni. Belum ada kesepakatan yang jelas mengenainya, karena tinjauan yang dipakai berbeda-beda. Sejauh ini, dari berbagai pernyataan tentang seni mengarah pada persoalan kesanggupan akal manusia baik berupa kegiatan rohani maupun fisik untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai artistik(luar biasa), menggugah perasaan orang lain. Namun ada beberapa pengertian seni yang bisa kita jadikan sebagai acuan dalam mempelajari Seni itu sendiri. Yang pertama seni dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan oleh orang bukan atas dorongan kebutuhan pokoknya, melainkan adalah apa saja yang dilakukan semata-mata karena kehendak akan kemewahan, kenikmatan ataupun karena dorongan spiritual (Everyman Encyclopedia). Kedua, seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakan jiwa perasaan manusia (dalam karya Ki Hajar Dewantara, bagian pertama: Pendidikan, Majelis luhur persatuan Taman Siswa, Yogyakarta,1962). Tiga Seni merupakan kegiatan rohani manusia yang merefleksikan realitet (kenyataan) dalam suatau karya yang berkat bentuk dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani penerimanya (Akhidiyat Karta Mihaja,” Seni dalam pembinaan Kepribadian Nasional). Empat Seni merupakan alat buatan manusia untuk menimbulkan efek-efek psikologis atas manusia lain yang melihatnya ( Thomas Munro,Evolution in the Art, The Cleveland Museum of Art, Cleveland,1963). Sedangkan seorang pelukis asal Indonesia S, Sudjojono mengatakan, seni adalah jiwo kethok. Enam Seni adalah karya manusia yang mengkominikasikan pengalaman-pengalaman batinnya; pengalaman batin tersebut disajikan secara indah atau menarik sehingga merangsang timbulnya pengalaman batin pula pada manusia lain yang menghayatinya. Kelahirannya tidak didorong oleh hasrat memenuhi kebutuhan pokok, melainkan merupakan usaha melengkapi dan menyempurnakan derajat kemanusiannya memenuhi kebutuhan yang sifatnya spiritual (Soedarso Sp). Tujuh seni adalah sebagai transmission 0of feeling (Leo Tolstoy, What is Art?, Bob Merrill, Indiana polis , New york,1960). Delapan Seni merupakan imitasi atau realita tiruan dari alam/ilahi; Sembilan seni lahir dilatarbelakangi adanya dorongan bermain-main (play impuls) yang ada dalam diri seniman (dikembangkan dari teori permainan oleh Frederich Schiller & Herbert Spencer). Dari berbagai pengertian tentang seni tersebut, kita bisa memilih salah satu arti seni dan menyimpulkan apa pengertian seni yang sebenarnya sebagai pedoman dan dalam proses penciptaan karya seni dan guna memahami arti seni. Tentunya hal itu tidak terlepas dari pengetahuan kita tentang seni sebelumnya. Hamka Agung Balya

mencari jati diri

mencari jati diri
aclyric on canvas. 150 x 100 cm.

ledakan jiwa

ledakan jiwa
aclyric on canvas. 200 x 150 cm.

kra'motak

kra'motak
media: campuran. 20x30cm.

iblis budaya

iblis budaya
aclyric on canvas. 50x40cm.

generasi terbelenggu

generasi terbelenggu
acllyric on canvas. 130x100cm.

nyanyian kaum urban

nyanyian kaum urban
acliric on canvas. 200 x 150 cm

my profil

Foto saya
jember, jawa timur, Indonesia
aku adalah aku, bukan kamu!